Secara sederhana, gambaran klinis penyakit ALS ditandai dengan:
- Penyakit ini di awali dengan spastic paralysis jari – jari dan tangan yang kemudian menyebar ke atas sampai lengan keseluruhan sehingga tampak seperti hemiplegi.
- Pada waktu yang sama otot pada lengan atropi secara perlahan – lahan seiring dengan degenerasi anterior horn sel.
- Awalnya reflek – reflek akan meningkat tetapi secara perlahan – lahan akan menurun akhirnya tidak ada sama sekali.
- Pada akhirnya spastisitasnya hilang digantikan dengan flaciditas gejala – gejala tersebut menunjukkan tanda – tanda lesi motor neuron, padahal penyebab utamanya adalah lesi upper motor neuron.
- Kemudian tungkai diserang, tanda – tanda spastisitas terlihat yang berakibat degenerasi menyebar ke anterior horn sel daerah lumbal, memperluas atropi dan paralysis mengikuti pola yang sama dengan lengan.
- Tungkai pada masa spastic kemudian lemah dan atropi tetapi pada daerah lengan masih lebih baik dari pada tungkai.
- Reflek – reflek pada tungkai sama seperti pada lengan yang awalnya meningkat, terdapat clonus angkle dan timbul tanda babinsky tetapi semuanya itu pada akhirnya hilang.
- Sama seperti progresif muscular atropi motor nuclei pada medulla juga rusak.
- Pusat pernapasan dan kardial juga rusak. Pasien dapat mengalami kesulitan menelan dan terdapat peningkatan salviasi sehingga menyebabkan tersedak. Dapat terjadi dysartria pembicaraan menjadi tidak jelas atau tidak memungkinkan.
- Dapat terjadi kematian akibat bulbar palsi atau infeksi yang timbul.
- Alih baring posisi dapat membantu pasien tapi posisi postural drainage khususnya untuk lobus paling bawah biasanya sangat membuat pasien tertekan.
- Saat kelemahan memburuk, fisioterapis dapat menginstruksikan pasien dan keluarga dalam teknik pemindahan yang aman (misalnya antara tempat tidur dan kursi, masuk dan keluar dari mobil), mengoptimalkan pola gaya berjalan (gait training) dan memberikan pelatihan ulang gaya berjalan dengan alat bantu gaya berjalan yang sesuai (misalnya kerangka berjalan, tongkat) dan orthosis (kaki-pergelangan kaki)
- Latihan peregangan untuk meningkatkan kelenturan untuk mempertahankan panjang otot dan mobilitas sendi serta mencegah kontraktur.
- Latihan penguatan dengan intensitas sub-maksimal (rendah, tidak melelahkan), dengan tingkat resistensi yang disesuaikan dengan kekuatan otot.
- Latihan aerobik/daya tahan dapat meningkatkan kebugaran kardio-pernapasan dan mungkin aman tetapi oksigenasi, aerasi dan beban karbohidrat yang memadai penting untuk mengurangi beban stres oksidatif. Pelatihan ambulasi treadmill yang didukung dapat dipertimbangkan jika tersedia.
Ng, L., & Kh, F. (2012). Multidisciplinary Rehabilitation in Amyotrophic Lateral Sclerosis. Amyotrophic Lateral Sclerosis. https://doi.org/10.5772/3177
Mack, E., Peters, H. and Page, S. J. (2014) ‘Pseudobulbar Affect’, Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 95(8).
Arimbawa, I. K. and Pramaswari, A. A. A. A. (2017) ‘Laporan Kasus Amyotrophic Lateral Sclerosis’, pp. 1–32.
Dal Bello-Haas, V. (2018). Physical therapy for individuals with amyotrophic lateral sclerosis: current insights. Degenerative Neurological and Neuromuscular Disease, Volume 8, 45–54. https://doi.org/10.2147/dnnd.s146949
Chiò, A., Mora, G., & Lauria, G. (2017). Pain in amyotrophic lateral sclerosis. The Lancet Neurology, 16(2), 144–157. https://doi.org/10.1016/S1474-4422(16)30358-1
Kementerian Pendidikan dan Profesi
Khumairo Hardiyanti R (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)