PERAN FISIOTERAPI PADA SPINAL CORD INJURY

     I.         Pendahuluan

         Spinal Cord Injury adalah suatu kondisi yang terjadi karena adanya kerusakan pada spinal cord yang memblokir komunikasi antara otak dengan tubuh1. Kerusakan dapat terjadi karena adanya cedera langsung maupun tidak langsung ataupun kondisi patologis lainnya yang pada akhirnya akan menimbulkan lesi pada spinal cord. Lesi yang terjadi akan menyebabkan gangguan motorik dan gangguan neurologis. 

ASIA (American Spinal Injury Association) dan IMSOP (International Medical Society of Paraplegia) pada tahun 1990 dan 1991 mengklasifikasikan berdasarkan derajat kerusakan spinal cord injury menjadi 5 tingkat yaitu:

  1. Tingkat A tipe komplit dengan gangguan pada medula spinalis berupa tidak ada fungsi motorik dan sensorik sampai S4-S5.
    1. Tingkat B tipe inkomplit dengan gangguan medula spinalis berupa fungsi sensorik masih baik tapi motorik terganggu sampai segmen sakral S4-S5.
    1. Tingkat C tipe Inkomplit dengan gangguan medula spinalis berupa fungsi motorik terganggu dibawah level tetapi otot-otot motorik utama masih mempunyai kekuatan lebih kecil dari 3.
    1. Tingkat D tipe inkomplit dengan gangguan medula spinalis berupa fungsi motorik terganggu dibawah level, kekuatan otot-otot motorik utama lebih besar dari 3.
    1. Tingkat E tipe normal yang mana tidak ditemukannya gangguan fungsi motorik ataupun sensorik pada medula spinalis.

Penyebab kerusakan pada spinal cord umumnya dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  1. Trauma

Spinal cord injury dapat terjadi karena adanya trauma pada tulang belakang. Beberapa jenis trauma yang dapat terjadi adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh, kekerasan, bermain sepak bola, olahraga gymnastik, luka tembak, dan kecelakaan dalam menyelam. Spinal cord injury yang dikarenakan oleh trauma biasanya lebih sering terjadi pada pria dan pada individu dengan usia 16 – 30 tahun karena mereka memiliki faktor resiko yang lebih tinggi.3

  • Non trauma

Spinal cord injury juga dapat disebabkan karena faktor patologi. Misalnya kanker, multiple sclerosis, arthritis, osteoporosis dan inflamasi pada spinal cord.3

Setelah seseorang mengalami spinal cord injury maka akan timbul gejala-gejala klinis berupa:

  1. Kehilangan kemampuan motorik
    1. Kehilangan kemampuan sensorik
      1. Kehilangan kemampuan dalam mengontrol bowel dan bladder
      1. Adanya refleks yang berlebihan dan spasme
      1. Perubahan dalam fungsi seksual,, sensitivitas seksual dan kesuburan
      1. Adanya nyeri dan sensasi yang menyengat

  II.         Pembahasan

Dalam kasus Spinal cord injury  dapat menimbulkan problematika fisioterapi yang dapat berupa nyeri serta spasme pada area punggung, penurunan lingkup gerak sendi tungkai bawah, penurunan kekuatan otot- otot pernafasan karena tirah baring lama, penurunan kekuatan otot anggota gerak atas, gangguan integritas kulit atau dekubitus karena tirah baring lama dan gangguan dalam melakukan ADL

Fisioterapi perlu diberikan sebagai upaya meningkatkan kualitas hidup serta mendukung pasien agar dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya keluhan yang berarti. Adapun beberapa jenis intervensi yang dapat diberikan pada pasien dengan Spinal Cord Injury, yaitu:

1.    Breathing Exercise

Text Box: Ilustrasi breathing exercise. Sumber: istockphoto.com

Latihan pernapasan yang dilakukan adalah dengan teknik deep breathing dan chest expantion secara aktif. Tujuan dari latihan pernapasan ini antara lain: menambah atau meningkatkan ekspansi thorak, memelihara ventilasi, mempertahankan kapasitas vital, mencegah komplikasi paru dan relaksasi. Pada teknik deep breathing, pasien diminta melakukan inspirasi dan ekspirasi secara maksimal dengan kombinasi gerakan- gerakan pada lengan secara bilateral sedangkan pada teknik chest expantion dilakukan seperti latihan pernapasan biasa dengan diberi tahanan manual. Intervensi ini dapat dilakukan 3-4 kali dalam sehari.3

2.    Positioning

Perubahan posisi sangat penting pada penderita spinal cord injury. Perubahan posisi ini bertujuan untuk mencegah decubitus dna mencegah komplikasi paru. Intervensi ini dapat dilakukan setiap hari dnegan perubahan posisi setaip 2-3 jam sekali. 4

3.    ROM Exercise

Text Box: Ilustrasi ROM exercise. Sumber: researchgate.net

ROM exercise yaitu latihan dengan cara menggerakan suatu segmen pada tubuh. ROM exercise sendiri dapat dibagi menjadi 3 tipe yaitu Active ROM Exercise yang mana pasien menggerakan segmen tubuhnya sendiri tanpa bantuan terapis, Passive ROM exercise yang mana pasien menggerakkan segmen tubuhnya dengan bantuan dari luar yaitu terapis, dan Active Assisted ROM Exercise yang mana pasien menggerakan tubuhnya sendiri dan juga dengan bantuan dari terapis atau bagian tubuh lainnya. 5

  • Functional Electrical Stimulation

FES diberikan dengan tujuan untuk mengaktifkan otot dan saraf-saraf tertentu. Impuls yang diberikan akan memicu fungsi yang diinginkan seperti mengencangkan otot untuk menggerakkan kaki atau mengangkat lengan. FES juga digunakan untuk memblokir sinyal nyeri dan memulihkan atau meningkatkan fungsi tubuh seperti kontrol bladder.6

III.         Kesimpulan

Spinal Cord Injury adalah suatu kondisi yang terjadi karena adanya kerusakan pada spinal cord yang memblokir komunikasi antara otak dengan tubuh. ASIA (American Spinal Injury Association) dan IMSOP (International Medical Society of Paraplegia) pada tahun 1990 dan 1991 mengklasifikasikan berdasarkan derajat kerusakan spinal cord injury menjadi 5 tingkat

Peran fisioterapi dalam kasus Spinal Cord Injury disesuaikan dengan problematika fisioterapi yang diakibatkan oleh kasus tersebut. Dalam hal ini problematika fisioterapi berupa nyeri serta spasme pada area punggung, penurunan lingkup gerak sendi tungkai bawah, penurunan kekuatan otot- otot pernafasan karena tirah baring lama, penurunan kekuatan otot anggota gerak atas, gangguan integritas kulit atau dekubitus karena tirah baring lama, gangguan dalam melakukan ADL.

Penanganan Fisioterapi yang dapat dibeirkan pada kasus ini meliputi breathing exercise, positioning, ROM exercise dan Functional Electrical Stimulation.

DOWNLOAD PDF

IV.         Daftar Pustaka

  1. North American Spine Society. Public Education Series.
  2. Kowalak, Jennifer P. Buku Ajar Patofisiologi (Professional Guide to Pathophysiology). Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC
  3. Hollis, Margareth. Phyl Fletcher, 1991; Practical Exercise Therapy, Fourth edition Oxford, The Alden Press, hal 78-80
  4. Long, Charles 1999; Handbook of Physical Medicine Rehabilitation; Second edition, USA, W.B. Saunders Company, hal 569-570
  5. Kisner Carolyn and Lynn Colby, 1996; Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques; Third Edition, F A Davis Company, Philadelphia, Hal 25 – 57.
  6. Annonymous, 2019; “Functional Electrical Stimulation “FES” for Spinal Cord Injury” https://my.clevelandclinic.org. Diakses pada tanggal 26 Juni 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *